Abu Nawas baru pulang dari istana
setelah di panggil baginda. Ia pergi berjalan-jalan ke perkampungan badui . dilihatnya
rumah besar, terdapat kerumunan orang berkumpul, ternyata orang badui menjual
bubur haris. Tapi abu nawas tidak masuk,
ia berkeliling desa ditemukanlah pohon rindang nan sejuk. Di situlah Abu Nawas
beristirahat, sampai-sampai ia tertidur. Ia tak tahu berapa lama ia tertidur.
Tahu-tahu ia dilempar ke lantai tanah. Brak! Ia pun terbangun.
“kurang ajar!” ujarnya kesal,
tahu-tahu ia berada di penjara.
“keluarkan aku !”
teriaknya lantang, tak berapa lama, orang badui datang kepadanya. Ia ingat dialah penjual bubur haris di rumah
itu.
“kenapa aku dipenjara?” ujarnya.
“Kau akan disembelih dan dijadikan
campuran bubur haris.”
“Hah? Jadi bubur itu bubur manusia?”
“Tepat.”
“Darimana kalian mendapatkan dagingnya?”
“ Saat ada orang lewat atau masuk desa
kami, kami tangkap dan kami sembelih”
Mendengar hal itu, ia pun tercengang, ia
mencari ide meloloskan diri. Ia heran akan
kondisi kebudayaan desa ini.
“Tunggu dulu, sebelum aku disembelih,
aku punya teman gemuk, dagingya bisa kalian makan lima hari. Besok kubawakan
dia.”
“Benarkah?”
“Aku tidak pernah bohong.” Orang itu
menatap tajam ke arah mata Abu, mempertimbangkannya,
entah kenapa dia percaya.
“Baiklah.”
Keesokan harinya, Abu Nawas langsung
menghadap baginda, ia pun bercerita tentang bubur haris serta kesejukan desa
itu. Abu mengajak baginda tuk berkunjung ke sana. Dengan berpakaian layaknya
orang biasa, mereka pun berangkat. Beliau menikmatinya, mulai dari bubur haris,
dan kesejukan
desa. Akhirnya baginda merasa lelah,
beliau beristirahat di bawah pohon rindang bersama Abu.
“tuanku jangan tidur dulu, hamba pamit
buang air kecil di sana.”
“baik, Abu Nawas” baru Abu pergi,
baginda sudah tertidur. Begitu bangun beliau mengalami apa yang pernah Abu
Nawas alami. Beliau berpikir keras untuk bisa lolos.
“Dengan menjual bubur haris, berapa
penghasilanmu sehari?”
“50 dirham!”
“Cuma segitu? aku bisa memberimu 500
dirham dengan menjual topi buatanku. Cukup berikan aku kain. Besok kau bisa
menjualnya.” Setelah lama mempertimbangkan. Orang itu
berbalik lalu kembali dengan kain itu. Keesokan harinya.
“juallah topi ini kepada menteri
Farhan.” Orang itu berangkat menuju isatananya. Dan menjual topinya pada farhan seharga 500 dirham. Namun Farhan
menemukan makna topi itu, yakni dari surat baginda. Farhan mengutus prajurit
untuk mengikutinya. Dan saat kembali dia melaporkan kebudayaan di sana. Farhan
mengutus seribu tentara tuk bertindak, menangkap orang kampung tersebut.