Rabu, 27 Maret 2013

The Golden Age



Para Ashab-ashab Al-Amin, kita telah kedatangan tahun yang paling istimewa saat ini. Semua orang mungkin telah mengetahuinya. Bisa kita lihat dari segi sosial maupun kecanggihan teknologi yang tiap tahun kian meningkat. Ashab Al-Amin sekalian, mungkin kita bisa menamai tahun ini sebagai tahun emas karena di kehidupan yang semakin meningkat masalah kemerdekaan atau globalisasi.
telah banyak sekali contoh-contoh yang ada di zaman atau tahun lalu seperti, berlomba-lomba untuk membangun gedung-gedung pencakar langit serta kecanggihan alat komunikasi dengan memakan biaya yang selangit pula. Yang lebih parahnya yaitu dalam segi sosial dan budaya, yang telah banyak berubah dari masyarakat baik dalam segi pakaian, adat istiadat dan aktifitas sehari-hari.
                Oleh karena itu, kita harus lebih bisa  memaknai tentang pergantian tahun ini serta tentang meningkatnya era globalisasi ini. Kita boleh mengikuti atau menyeimbangkan kehidupan kita dengan semakin meningkatnya globalisasi ini. Tetapi, kita juga harus melihat tentang norma-norma yang ada didalam beretika, berbudaya dan beragama.
                Suatu saat mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak ashab-ashab sekalian yaitu, “apakah hal yang saya lakukan itu pantas bagi diri sayan sendiri dan orang lain?”. Dan jawaban pertanyaan tersebut hanya ada  pada diri kita masing-masing.
                Sebagian besar masyarakat yang ada di negara kita. Mereka telah terhanyut dalam suasana globalisasi seperti yang terjadi saat ini. Mereka lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa menghiraukan apa yang terjadi pada orang lain. Mereka tidak melihat sebab dan akibat yang timbul akibat ulah tangan mereka sendiri. Bahkan  mungkin masih banyak kawan-kawan kita diluar sana yang harga dirinya terinjak-injak oleh kaum Ningrat. Padahal mereka seharusnya mengayomi dan mensejahterahkan rakyat.
                Karena itulah, banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi baik itu positif maupun negatif. Tergantung dari diri kita sendiri bagaimana mensikapi semua itu agar bermanfaat pada diri kita khususnya dan pada diri orang lain umumnya dengan tidak mengabaikan norma-norma dan syariat agama islam ini. Semoga kita termasuk dalam golongan yang selamat. Amin.

Peradaban Hegemoni Barat

Menurut teori Gramsci (1891-1937), hegemoni dikaitkan dengan konsep hubungan antara kelas-kelas masyarakat tertentu ,iaitu kelas-kelas yang lebih dominan akan memonopoli kelas-kelas yang lain dari segi ekonomi, budaya dan moral. Ia menggambarkan suatu hubungan  yang bersifat ‘monopoli’ dan ‘dominasi’ antara kelas masyarakat atasan dan bawahan dalam sebuah negara bangsa. Hegemoni barat dan globalisasi dilihat membawa banyak keburukan kepada kita semua terutamanya di timur. Ia sudah lama mempengaruhi kita sedikit demi sedikit seperti sekarang. Namun membawa sebuah keuntungan bagi Barat, karena telah berhasil dalam memonopoli negara lain.

                Sebab berlakunya perkara tersebut seperti fenomena kebangkitan, semula perasaan ingin menguasai, semula pengaruh Barat kepada masyarakat dunia, kuasa Barat yang mempunyai semangat dan dasar tertentu, Barat ingin menguasai mata uang dan ekonomi dunia , mempunyai ideologi untuk merusakkan masyarakat dunia. Keadaan ekonomi yang lemah dan sebagainya.
Kini, budaya barat telah meresap dalam jiwa remaja. Contohnya, budaya hip-hop yang terhimpun di dalamnya, beberapa budaya lain seperti rappers, grafity, dan lain-lain. Budaya ini merupakan simbol keruntuhan majoriti masyarakat Barat, khususnya dalam pergaulan bebas dan hiburan yang melampaui batas.

Budaya barat membawa banyak keburukan seperti kemusnahan keluarga, kehilangan moral, jati diri tiada, kegelisahan jiwa, kekacauan akal, dan ketakutan. Malah ia telah memberi kesan buruk daripada sudut media, ekonomi, politik, sosial, dan juga hak asasi manusia. Kini hegemoni tersebut berjaya mengikis budaya melayu dan islam.

Maka, jelaslah bahwa,  tamadun (peradaban kebudayaan) Barat tidak mampu untuk menjadi contoh tamadun yang sempurna, karena dasar yang materialistik. Ini menyebabkan ketandusan nilai-nilai kemanusiaan dalam tamadun Barat.Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam perlu kembali menjadikan tamadun Islam yang dibina di atas acuan Nabawi, sebagai contoh pembangunan sebuah tamadun manusia yang sempurna. Ini karena, tamadun Islam yang pernah dibina oleh Nabi Muhammad s.a.w. di atas dasar Aqidah,Syariah dan Akhlak Islam telah diakui kesempurnaannya, oleh para cendikiawan yang jujur dan tulus dalam mengkaji tentang ketamadunan manusia, di kalangan umat Islam maupun selain umat islam.

Glosarium 
Tamadun : peradaban; kebudayaan; kemajuan; kamus besar Bahasa Indonesia.


HEGEMONI BARAT TERHADAP CITRA ISLAM

     
Proses dakwah yang dilakukan oleh agama islam adalah menyeru kepada kalimatullah yang Haq dengan cara yang paling baik ”ud’u billatī hiya aḥsan” dan dengan tanpa paksaan ”lā ikrāha fī d-dīn” dari sinilah, islam mulai dikenal dengan agama yang sempurna. Sejarah mencatat tidak ada satu peperangan pun yang dilakukan dengan tujuan penyebaran Islam secara paksa kepada suatu kaum. Melainkan peperangan yang terjadi adalah untuk mempertahankan diri dari serangan orang-orang kafir yang tidak menghendaki keberadaan Islam. Sejarah inilah yang dikaburkan oleh Barat saat ini, dengan penuh kedengkian dan api permusuhan, Barat memutarbalikan sejarah peradaban Islam.
Seperti pada peristiwa Perang Salib. Perang salib pada hakikatnya bukan merupakan perang agama, melainkan perang yang memperebutkan kekuasaan daerah. (wikipedia.com) Barat (Eropa) menuduh Islam, bahwasannya Islam lah yang trlebih dahulu memerangi dengan pedang. Barat menganggap ekspansi perluasan wilayah Islam adalah Penjajahan Islam terhadap bangsa-bangsa lain. Namun kenyataanya tidak seperti itu. Dalam hal ini alangkah baiknya merenungkan firman Allah Swt: walantarḍā ’anka l-yahūdu wala n-naṣarā ḥattā tattabi’a millatahum. Ayat ini dengan tegas menyatakan, bahwasannya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha terhadap umat Islam sehingga umat islam mengikuti ajaran mereka.
Sebagai umat islam, tidak seharusnya kita berpikir pendek dengan hanya memandang satu sisi saja. Meskipun kita dihegemoni negara barat tapi kita harus banyak belajar dari mererka, contohnya dalam masalah ekonomi, Barat adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang Barat mampu bekerja selama 11 jam, pada hal kita saja yang bekerja 8 jam sehari sudah merasa berat.
Seandainya ibadah, tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang Barat, maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh hadist Rosulullah SAW: “Berkerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari. 




Kru Buletin Al-Amin

    Kami segenap kru buletin Al-Amin yang di bawah naungan Ponpes Al-Amin Sooko, Mojokerto, meminta do'a restu atas terselesaikannya blog ini sebagai wadah bagi para pembaca yang lebih suka membaca secara online. Buletin Al-Amin adalah sebuah sarana yang kami sediakan bagi santri-santri lain untuk mengembangkan bakat menulisnya yang kami rasa sangat melimpah dan perlu diarahkan. Dengan beberapa seleksi dan perbaikan kami menerbitkan buletin ke beberapa masjid yang ada di Mojokerto, dengan harapan bisa menambah wawasan bagi para pembacanya. Kami juga perlu kritik dan saran untuk perkembangan buletin ini, maka dari itu kami akan sangat berterimakasih bagi para pembaca yang telah memberi sarannya kepada kami. Semoga untuk kedepannya, buletin Al-Amin bisa semakin baik, barokah, dan semakin eksis.