Kamis, 18 April 2013

Abu Nawas dan Orang-Orang Kanibal


Abu Nawas baru pulang dari istana setelah di panggil baginda. Ia pergi berjalan-jalan ke perkampungan badui . dilihatnya rumah besar, terdapat kerumunan orang berkumpul, ternyata orang badui menjual bubur haris.  Tapi abu nawas tidak masuk, ia berkeliling desa ditemukanlah pohon rindang nan sejuk. Di situlah Abu Nawas beristirahat, sampai-sampai ia tertidur. Ia tak tahu berapa lama ia tertidur. Tahu-tahu ia dilempar ke lantai tanah. Brak! Ia pun terbangun.
“kurang ajar!” ujarnya kesal, tahu-tahu ia berada di penjara.
“keluarkan aku !” teriaknya lantang, tak berapa lama, orang badui datang kepadanya. Ia ingat dialah penjual bubur haris di rumah itu. 
“kenapa aku dipenjara?” ujarnya.
“Kau akan disembelih dan dijadikan campuran bubur haris.”
“Hah? Jadi bubur itu bubur manusia?”
“Tepat.”
“Darimana kalian mendapatkan dagingnya?”
“ Saat ada orang lewat atau masuk desa kami, kami tangkap dan kami sembelih”
Mendengar hal itu, ia pun tercengang, ia mencari ide meloloskan diri. Ia heran akan kondisi kebudayaan desa ini.
“Tunggu dulu, sebelum aku disembelih, aku punya teman gemuk, dagingya bisa kalian makan lima hari. Besok kubawakan dia.”
“Benarkah?”
“Aku tidak pernah bohong.” Orang itu menatap tajam ke arah mata Abu, mempertimbangkannya, entah kenapa dia percaya.
“Baiklah.”
Keesokan harinya, Abu Nawas langsung menghadap baginda, ia pun bercerita tentang bubur haris serta kesejukan desa itu. Abu mengajak baginda tuk berkunjung ke sana. Dengan berpakaian layaknya orang biasa, mereka pun berangkat. Beliau menikmatinya, mulai dari bubur haris, dan kesejukan desa. Akhirnya baginda merasa lelah, beliau beristirahat di bawah pohon rindang bersama Abu.
“tuanku jangan tidur dulu, hamba pamit buang air kecil di sana.”
“baik, Abu Nawas” baru Abu pergi, baginda sudah tertidur. Begitu bangun beliau mengalami apa yang pernah Abu Nawas alami. Beliau berpikir keras untuk bisa lolos.
“Dengan menjual bubur haris, berapa penghasilanmu sehari?”
“50 dirham!”
“Cuma segitu? aku bisa memberimu 500 dirham dengan menjual topi buatanku. Cukup berikan aku kain. Besok kau bisa menjualnya. Setelah lama mempertimbangkan. Orang itu berbalik lalu kembali dengan kain itu. Keesokan harinya.

“juallah topi ini kepada menteri Farhan.” Orang itu berangkat menuju isatananya. Dan menjual topinya pada  farhan seharga 500 dirham. Namun Farhan menemukan makna topi itu, yakni dari surat baginda. Farhan mengutus prajurit untuk mengikutinya. Dan saat kembali dia melaporkan kebudayaan di sana. Farhan mengutus seribu tentara tuk bertindak, menangkap orang kampung tersebut.