Senin, 27 Mei 2013

2012 to 2013



Arus perubahan sosial budaya yang ditandai dengan perubaahan nilai terbukti telah membawa implikasi yang beragam bagi kehidupan manusia.Modernisasi hampir dilakukan disetiap negara berkembang seperti Indonesia, ditambah dengan pesatnya ilmu teknologi dan komunikasi. Di satu sisi memang membawa kesejahteraan dan kemudahan hidup bagi manusia, akan tetapi pada saat bersamaan modernisasi yang kebablasan dan tidak terkontrol mengakibatkan masyarakat hidup tanpa wajah kemanusiaan. Pola hidup masyarakat menjadi sangat individualis,konsumtif dan menjadi budak dari “berhala-berhala modern”. Wibawa agama terdegadrasi menjadi kekuatan sekunder yang dipandang dengan sebelah mata. Pertalian sosial menjadi kendor, persaudaraan sejati menjadi longgar, sebaliknya terjadi kekerasan dan disintegrasi sosial.
Di akhir tahun ini sebaiknya kita merivitalisasi peran agama dalam arus modernisasi dan globalisasi. Terdapat dua peran sosiologis agama yang perlu dikembangkan. Peran pertama, agama ditempatkan sebagai referensi utama dalam proses perubahan. Peran yang kedua, agama diyakini sebagai kekuatan daya tahan bagi masyarakat ketika berada dalam lingkaran persoalan kehidupan yang semakin kompleks ditengah arus perubahan. Berdasarkan peran tersebut, agama menjadi daya dorong luar biasa bagi terciptanya perubahan ke arah corak yang konstruktif bagi masa depan umat manusia.
Dua peran agama tersebut harus didukung oleh peningkatan pendidikan agama untuk mensosialisasikan dan menyalurkan nilai-nilai keagamaan dalam realitas kehidupan masyarakat, yang menyangkut aspek etika, moral dan spiritual. Pendidikan agama diharapkan tidak hanya mempertahankan kemapanan dogmatika agama, tetapi pendidikan agama yang memiliki niali fungsional dengan problem kemasyarakatan dan kemanusiaan.
Kesimpulan yang mendasar dari paparan diatas adalah kita harus lebih instropeksi diri untuk melangkah ketahun selanjutnya. Dan juga sebagai modal untuk melangkah ketahun selanjutnya. Karena manusia memiliki potensi kreatif yang tak terhingga untuk merancang hari kedepan.

Dunia rindu keharmonisan umat



        Ternyata air lautan saat ini sudah tak asin lagi. Ibu ayam itupun sudah enggan untuk melindungi induknya yang masih belia. Sudah tak bisa dipungkiri lagi, rakyat dunia kini dilanda krisis manusia/sumber daya yang berjiwa sosial tinggi, peka terhadap lingkungan-lingkungan sekitar yang di wujudkan dengan turunnya hasrat kepedulian terhadap sesama.
                Dunia hanya bisa diam membisu, kecewa akan sikap-sikap makhluk dunia yang perlahan menghilangkan identitas aslinya yaitu sebagai “makhluk sosial”.
                Bisa di buktikan, dari permasalahan-permasalahan kecil bahkan sampai yang besar sekalipun yang ada di sekitar kita hanya bisa menjadi pembisu sejati, seolah tak peduli apa yang telah terjadi.
                Kekerasan rumah tangga, kekerasan di sekolah, perzinaan, hilangnya moralitas dan akhlak remaja, bahkan kekerasan internasional di gaza, libya dan kelaparan di negara somalia, sedah hanya sebagai hiasan dunia saja.Lalu, kalau sudah seperti itu, siapakah yang mau bertanggung jawab ? siapakah yang patut untuk disalahkan ?
                Yang terjadi pada diri kita saat ini adalah saling menyalahkan orang lain, saling lempar tanggungjawab, kurangnya intropeksi untuk diri kita.
                Tidak ada yang patut untuk disalahkan, karena sebenarnya permasaahn sosial seperti itu bukan hanya tugas kepala sekolah, bukan hanya tugas kepala desa, bukan tugas para kyai, juga bukan tugas pemerintah. Melainkan itu semua adalah tugas kita bersama, itulah sebenarnya yang harus kita sadari.
                Seperti sabda nabi yang artinya : kalian semua adalah pemimpin dan kalianpun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kamu pimpin. Hadist ini sudah jelas-jelas mengajarkan kepada kita bahwa kita semua adalah pemimpin, minimal adalah memimpin diri kita sendiri.
                Jadi bukan hanya mereka yang punya jabatan, bukan hanya mereka yang punya banyak pengetahuan yang bertusa untuk membuat lingkungan menjadi damai, aman, dan tentram juga memiliki solidaritas sosial yang tinggi terhadap sesama, tapi itu semua adalah tugas kita semua, umat manusia.

PERAN PENDIDIKAN ASWAJA DALAM LINGKUP MASYARAKAT


NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia tidak lepas peranannya dalam bidang pendidikan islam di indonesia. Salah satunya yakni pendidikan Ahlussunnah wal jama’ah atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan pendidikan ASWAJA. Pendidikan ASWAJA itu tidak hanya mengajarkan nilai-nilai agama saja namun juga mengajarkan nilai moral.
Pendidikan ASWAJA dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di indonesia. Disamping itu pendidikan ASWAJA muncul karena kebutuhan masyarakat indonesia. Yaitu pendidikan agama dan moral.
 Hal diatas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan sekarang. Dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya barat. Misalnya, berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan bebas dll . Hal itu membuktikan bahwasannya nilai agama dan nilai moral generasi penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut adalah bagaimana jika para orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas. Sehingga tak ada contoh bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral?
Pendidikan Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan diatas. Pendidikan aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan aswaja tidak hanya ditujukan ke lembaga pendidikan saja namun juga di tujukan kepada masyarakat luas, hal ini dapat memperkuat aspek agama maupun moralitas masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin yang di isi oleh ulama’ , hal itu sangat baik untuk meningkatkan nilai-nilai agama dalam masyarakat.
Hal lain yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah: pendidikan yang lebih dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat disebut pondok pesantren. Hal itu dapat membantu kita selaku orang tua supaya anak cucu kita dapat mengenal nilai-nilai agama dan moral.