Selasa, 26 Maret 2013

Kepedulian Sosial dan Islam



Sedikit mengulas kembali mengenai sejarah hari kepedulian sosial. Tahun 1945 hingga tahun 1948, berlangsung peperangan yang mengakibatkan permasalahan sosial Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Pihak pemerinah lambat laun dapat memahami masalah-masalah ini.
Untuk menanggulangi permasalahan sosial tersebut diperlukan mitra kerja sosial dari unsur masyarakat. Oleh sebab itu, pada bulan Juli 1949 di kota Yogyakarta pihak pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan Sosial bagi tokoh-tokoh masyarakat dan Kursus Bimbingan Sosial bagi Pekerja Sosial, dengan harapan dapat  menanggulangi permasalah sosial yang sedang terjadi. (sumber: Artikel Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI)

Dengan semangat kebersamaan, kegotong royongan, dan bersatunya seluruh lapisan masyarakat dalam mempertahankan kedaulatan negara, masyarakat dapat mengatasi dan menanggulangi permasalan sosial yang timbul saat itu untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

Untuk melestarikan dan memperkokoh nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang telah tumbuh didalam masyarakat dan untuk meningkatkan kinerja serta mempersatukan para Sosiawan atau Pekerja Sosial, maka Kementerian Sosial membuat Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik atau Sikap Sosiawan. Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik Sosiawan diciptakan pada tanggal 20 Desember 1949, tepat satu tahun dari peristiwa bersejarah bersatunya seluruh lapisan masyarakat dalam mempertahankan keutuhan negara, yaitu pada tanggal 20 Desember 1948, sehari setelah tentara kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibukota negara yang pada saat itu Yogyakarta. Hari tanggal tersebut dinamakan sebagai HARI SOSIAL.

Ada salah satu kisah kepedulian sosial yang terjadi pada masa Rasulullah yang di kutip dari salah satu artikel yang ditulis oleh Nadirsyah Hosen (dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)Nabi bertemu dengan seorang sahabat yaitu Sa’ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, “mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?” Sa’ad menjawab, “tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku.” Nabi yang mulia berkata, “ini tangan yang dicintai Allah,” seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. MasyaAllah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh.

Kisah di atas menunjukan betapa besar rasa kepedulian Rasulullah kepada sahabat Sa’ad al-Anshari. Rasa kepedulian beliau, rasa kesosialan beliau sungguh menjadi suri tauladan baik bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar